Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari Jumat, 20 Juni 2025, dibuka melemah dan menembus kembali level psikologis di bawah 7.000. Perdagangan pagi hari mencatat indeks bergerak di kisaran 6.943 hingga 6.960, melanjutkan koreksi yang sudah terjadi sejak sesi sebelumnya.
Pelemahan IHSG ini terjadi di tengah tekanan dari berbagai faktor global dan regional yang memicu kehati-hatian pelaku pasar. Sejak pembukaan, tercatat lebih dari 390 saham melemah, sementara hanya sekitar 170 saham yang berhasil menguat. Sisanya stagnan. Total kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia juga mengalami penyusutan signifikan, turun menjadi sekitar Rp 12.139 triliun.
Tekanan Global dan Regional Membayangi
Salah satu pemicu utama dari tekanan terhadap IHSG adalah ketidakpastian pasar global yang berkaitan dengan arah suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Pernyataan terbaru dari pejabat The Fed yang masih cenderung hawkish membuat ekspektasi pemangkasan suku bunga semakin menjauh.
Di sisi lain, ketegangan geopolitik yang meningkat di kawasan Timur Tengah juga menjadi faktor eksternal yang menekan sentimen investasi. Harga minyak global yang kembali naik turut memicu kekhawatiran terhadap inflasi lanjutan yang bisa berdampak pada sektor energi dan logistik di pasar domestik.
Dari kawasan regional, kondisi politik di Asia Tenggara, khususnya konflik internal yang terjadi di Thailand dan meningkatnya ketegangan diplomatik dengan negara tetangga turut memperburuk suasana pasar. Beberapa investor asing melakukan aksi jual di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, sebagai langkah antisipatif.
Sektor Saham dan Strategi Investor
Dari sisi sektoral, saham-saham di sektor properti dan keuangan mencatat pelemahan paling dalam, disusul oleh sektor industri dasar. Sebaliknya, sektor energi dan telekomunikasi relatif lebih stabil, meskipun tidak mampu mendorong indeks ke zona hijau.
Saham individual seperti MBSS tercatat turun hingga 15 persen pada sesi awal perdagangan. Sementara saham-saham big cap seperti BBCA, TLKM, dan ASII juga dibuka di zona merah meski tekanan tidak terlalu besar.
Analis menyarankan investor untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan. Fokus terhadap saham-saham defensif dan memiliki fundamental kuat menjadi strategi yang relevan dalam kondisi pasar seperti ini. Koreksi saat ini juga dianggap sebagai fase wajar setelah reli yang panjang dalam beberapa pekan terakhir.
Potensi Rebound dan Arah Pasar Selanjutnya
Meski dibuka melemah, peluang pemulihan tetap terbuka lebar. Beberapa indikator teknikal menyebut bahwa IHSG masih berada di jalur konsolidasi sehat. Selama level support 6.900 tetap terjaga, potensi penguatan jangka pendek hingga menengah masih ada.
Investor disarankan untuk tidak panik dan terus memantau perkembangan global serta kebijakan ekonomi domestik. Fokus terhadap laporan kinerja keuangan kuartal kedua yang akan dirilis dalam waktu dekat juga menjadi kunci untuk menentukan arah investasi selanjutnya.
Pasar masih menanti kepastian kebijakan fiskal baru, terutama langkah-langkah pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan eksternal yang semakin kompleks. Dengan pengawasan ketat dan strategi jangka panjang yang tepat, tekanan seperti saat ini bisa menjadi peluang untuk membangun portofolio yang lebih solid.